Kenalkah kamu pada nama Arif Rahman Hakim? Salah satu
pahlawan Ampera, seorang mahasiswa yang gugur dalam aksi membela Tritura (Tri
Tuntutan Rakyat). Arif Rahman Hakim, lahir tanggal 24 Februari 1943 di Padang dengan
nama Ataur Rahman. Pada 1958, Arif Rahman Hakim berhasil menyelesaikan SMP dan pindah ke Jakarta tepatnya
di bilangan daerah Tanah Tinggi untuk meneruskan pendidikannya di SMA. Setelah lulus SMA,
pemuda Arif Rahman Hakim berhasil diterima masuk Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Arif Rahman Hakim adalah pemuda
yang senang dan aktif berorganisasi. Ia seorang yang mudah bergaul, baik hati,
juga senang bekerja untuk kepentingan organisasi kepemudaan.
Peristiwa yang terjadi setengah abad
lalu sudah mulai terlupakan. Pada saat itu mahasiswa dan pelajar berjuang
menumbangkan rezim pemerintah orde lama. Begitupun dengan pemuda bernama Arif
Rahman Hakim. Puncak atas kesabaran mahasiswa, pelajar, dan rakyat Indonesia
terjadi pada 10 Januari 1966 yang pada akhirnya memunculkan aksi untuk
menuntut; bubarkan PKI, Retul kabinet DWIKORA, dan turunkan harga (isi
Tritura). Tanggal 24
Februari 1966, Presiden Soekarno bermaksud untuk melantik menteri kabinet baru yaitu
"Kabinet Seratus Menteri” yang personilnya sudah mencerminkankan ketidak
berdayaan Bung karno untuk mengendalikan situasi. Salah satu anggota menteri
adalah seorang militer yang dikenal sebagai tokoh pemimpin copet di
Jakarta. Kabinet yang nama resminya disebut sebagai “Kabinet Gotongroyong
yang lebih disempurnakan lagi” itu ditolak kehadirannya oleh para mahasiswa,
pelajar dan berbagai kelompok masyarakat yang lain. Penolakan
ini berujung kepada aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para mahasiwa dari
berbagai daerah. Jaket almamater berwarna-warni memenuhi lapangan Gambir atau
Monas.
Pagi itu, Arif Rahman Hakim bersama
dengan ribuan demonstran mahasiswa dan pelajar telah berada di mulut Jalan
Veteran 3 atau dulu disebut Jalan Segara dimana disana terletak markas Resimen
Tjakrabirawa yaitu pasukan pengawal khusus Presiden. Demonstran
berteriak-teriak menyerukan tuntutan dan sesekali disertai dengan kata-kata
ejekan yang mungkin terasa menyakitkan bagi sasaran. Pasukan Tjakrabirawa yang
bertugas disebrang jalan tidak tahan berdiam mendapatkan ejekan. Mereka
mengancam untuk menembakkan senjatanya. Disanalah Arif Rahman Hakim tertembak
oleh salah satu pasukan Tjakrabirawa. Setelah rentetan tembakan berhenti barulah rekan-rekan
mahasiswanya berani beranjak dan melakukan evakuasi, tubuh Arif Rahman Hakim mengerang
terkulai dengan jaket
kuning bersimbah darah. Dalam
perjalanan ke rumah sakit anak muda ini gugur dan syahid sebagai seorang martir
dalam perjuangan rakyat menurunkan tirani penguasa di Indonesia.
Tanggal 25 Januari 1966, jenazah
Arif Rahman Hakim dilepas oleh Rektor UI dari Aula UI Salemba menuju tempat
peristirahatannya yang terakhir dengan iringan ribuan mahasiswa, pelajar, dan
penduduk kota metropolitan. Meninggalnya Arif Rahman Hakim membuat demonstran
semakin panas, jaket kuning bersimbah darah milik Arif dijadikan bendera simbol
perjuangan. Gugurnya Arif Rahman Hakim telah menjadikan dirinya sebagai
pahlawan Ampera untuk menurunkan rezim Orde Lama, martir dan simbol perjuangan
bagi Angkatan Pemuda 66. Untuk mengenang perjuangannya, namanya
diabadikan menjadi nama ruas jalan di beberapa kota di Indonesia. Di
Universitas Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama masjid di Kampus Salemba
dan nama salah satu stasiun radio swasta di Jakarta. (KFa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar