Sabtu, 10 Maret 2018

Arif Rahman Hakim



Kenalkah kamu pada nama Arif Rahman Hakim? Salah satu pahlawan Ampera, seorang mahasiswa yang gugur dalam aksi membela Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Arif Rahman Hakim, lahir tanggal 24 Februari 1943 di Padang dengan nama Ataur Rahman. Pada 1958, Arif Rahman Hakim berhasil menyelesaikan SMP dan pindah ke Jakarta tepatnya di bilangan daerah Tanah Tinggi untuk meneruskan pendidikannya di SMA. Setelah lulus SMA, pemuda  Arif Rahman Hakim berhasil diterima masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Arif Rahman Hakim adalah pemuda yang senang dan aktif berorganisasi. Ia seorang yang mudah bergaul, baik hati, juga senang bekerja untuk kepentingan organisasi kepemudaan.
            Peristiwa yang terjadi setengah abad lalu sudah mulai terlupakan. Pada saat itu mahasiswa dan pelajar berjuang menumbangkan rezim pemerintah orde lama. Begitupun dengan pemuda bernama Arif Rahman Hakim. Puncak atas kesabaran mahasiswa, pelajar, dan rakyat Indonesia terjadi pada 10 Januari 1966 yang pada akhirnya memunculkan aksi untuk menuntut; bubarkan PKI, Retul kabinet DWIKORA, dan turunkan harga (isi Tritura). Tanggal 24 Februari 1966, Presiden Soekarno bermaksud untuk melantik menteri kabinet baru yaitu "Kabinet Seratus Menteri” yang personilnya sudah mencerminkankan ketidak berdayaan Bung karno untuk mengendalikan situasi. Salah satu anggota menteri adalah seorang militer yang dikenal sebagai tokoh pemimpin copet di Jakarta.  Kabinet yang nama resminya disebut sebagai “Kabinet Gotongroyong yang lebih disempurnakan lagi” itu ditolak kehadirannya oleh para mahasiswa, pelajar dan berbagai kelompok masyarakat yang lain. Penolakan ini berujung kepada aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para mahasiwa dari berbagai daerah. Jaket almamater berwarna-warni memenuhi lapangan Gambir atau Monas.
            Pagi itu, Arif Rahman Hakim bersama dengan ribuan demonstran mahasiswa dan pelajar telah berada di mulut Jalan Veteran 3 atau dulu disebut Jalan Segara dimana disana terletak markas Resimen Tjakrabirawa yaitu pasukan pengawal khusus Presiden. Demonstran berteriak-teriak menyerukan tuntutan dan sesekali disertai dengan kata-kata ejekan yang mungkin terasa menyakitkan bagi sasaran. Pasukan Tjakrabirawa yang bertugas disebrang jalan tidak tahan berdiam mendapatkan ejekan. Mereka mengancam untuk menembakkan senjatanya. Disanalah Arif Rahman Hakim tertembak oleh salah satu pasukan Tjakrabirawa. Setelah rentetan tembakan berhenti barulah rekan-rekan mahasiswanya  berani beranjak dan melakukan evakuasi, tubuh Arif Rahman Hakim  mengerang terkulai dengan jaket kuning  bersimbah darah. Dalam perjalanan ke rumah sakit anak muda ini gugur dan syahid sebagai seorang martir dalam perjuangan rakyat menurunkan tirani penguasa di Indonesia.
            Tanggal 25 Januari 1966, jenazah Arif Rahman Hakim dilepas oleh Rektor UI dari Aula UI Salemba menuju tempat peristirahatannya yang terakhir dengan iringan ribuan mahasiswa, pelajar, dan penduduk kota metropolitan. Meninggalnya Arif Rahman Hakim membuat demonstran semakin panas, jaket kuning bersimbah darah milik Arif dijadikan bendera simbol perjuangan. Gugurnya Arif Rahman Hakim telah menjadikan dirinya sebagai pahlawan Ampera untuk menurunkan rezim Orde Lama, martir dan  simbol perjuangan bagi Angkatan Pemuda 66. Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di beberapa kota di Indonesia. Di Universitas Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama masjid di Kampus Salemba dan nama salah satu stasiun radio swasta di Jakarta. (KFa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar